Max Weber (Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme)
Awalnya Max Weber melihat kedudukan tinggi dan
yang menduduki jabatan penting adalah orang-orang protestan. Hal ini membuat
Max heran dan bukanlah sebuah kebetulan.
Max Weber mencari hubungan antara
penghayatan agama dengan pola-pola perilaku, termasuk ekonomi. Ia berusaha
mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Pada awal pencariannya, Weber memperlihatkan
perbedaan yang mencolok antara orang Katolik dan orang Protestan dalam hal
terhadap sikap pekerjaan.
Orang Katolik mempunyai suatu kecenderungan
untuk tetap bekerja dalam dunia kerajinan mereka, sedangkan orang Protestan
memiliki keinginan yang kuat dalam bekerja untuk terus meningkat dan berkembang
sehingga sasaran mereka adalah bagian-bagian terpenting dari perusahaan-perusahaan
modern. Weber mengamati bahwa agama Kristen Protestan memberikan nilai yang
positif terhadap dunia material yang bersifat kodrati.
Sikap seperti itu, erat hubungannya dengan
salah satu konsep yang berkembang di kalangan Protestan yakni konsep panggilan.
Bagi dia, konsepsi tentang ‘panggilan’ merupakan konsep agama tentang suatu
tugas yang telah ditetapkan Tuhan. Tugas hidup di lapangan di mana seseorang
harus bekerja.
Calvinis
Calvin mengajarkan bahwa aktivitas sosial dari orang-orang
Kristen di dunia ini bertujuan untuk memuliakan Tuhan dengan mematuhi
firman-firman-Nya sesuai dengan kemampuan masing-masing pribadi manusia. Bagi
penganut Calvinis, kerja dilihat sebagai suatu panggilan. Kerja tidak sekedar
pemenuhan keperluan tetapi sebagai tugas suci.
Ajaran Calvinisme pada akhirnya menjadi sebuah
kepercayaan. Ini dicapai setelah melalui perjuangan politik dan kultural
sepanjang abad ke-17 dan 18 di beberapa negara maju, yaitu di Belanda, Inggris
dan Perancis.
Ajaran Calvin pada hakekatnya juga bukan untuk
manusia yang menajalankannya, namun hanya semata-mata demi kemuliaan Tuhan.
Inilah yang menimbulkan ketidakpuasan bagi umat, sehingga melahirkan beberapa
aliran baru. Inti ajaran Calvin berkenaan dengan posisi kedaulatan dan
kemuliaan Tuhan. Tuhan Allah menciptakan alam (dunia dan manusia) demi untuk
kemuliaanNya. Maka, segala peribadatan manusia hanyalah untuk memuliakan Tuhan.
Pietisme
Sama dengan Calvinisme, doktrin predestinasi
juga merupakan titik tolak dari paham asketis pada ajaran Pietis. Pada ajaran
ini, mereka mencari cara bagaimana mendapatkan kepastian yang lebih pasti bahwa
mereka adalah orang yang diselamatkan. Mereka juga meyakini bahwa Tuhan akan
memberi tanda tentang siapa yang diselamatkan tersebut.
Ajaran Pietisme lahir di Inggris dan Belanda.
Ajaran ini memisahkan diri dari ajaran Calvinisme, namun merupakan transisi
dari ajaran Luthearian secara gradual.
Sesungguhnya Pietisme adalah sebuah gerakan di
lingkungan Lutheranisme, yang berlangsung mulai akhir abad ke-17 hingga
pertengahan abad ke-18. Gerakan ini berpengaruh di seluruh Protestanisme dan
Anabaptisme.
Pietisme mengilhami lahirnya gerakan Methodis
dan juga gerakan Brethren.
Gerakan Pietisme ditandai kesalehan pribadi dan
kehidupan Kristen yang berkobar-kobar.
Para pencetus gerakan Pietisme dilatarbelakangi
oleh kondisi kekurangan-kekurangan gereja dan menginginkan kebangkitan kembali
kekristenan dengan lebih saleh.
Gerakan ini memberi penekanan kepada perasaan
(hati) yang kuat atau fenomenal.
Metodisme
Metodisme sesungguhnya bukan gerakan baru,
namun hanya sebuah semangat baru. Lahir akibat pietisme. Mereka berbeda dengan
Anglikan, tapi berhubungan dengan Pietisme kontinental.
Inti ajaran metodisme berkenaan dengan aspek
yang sangat penting tentang bukti bagi keselamatan pribadi. Para pengajarnya
menekankan pentingnya kepastian di lubuk hati yang datang dari pengalaman
emosional luar biasa dan yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Sebagaimana tiga ajaran yang lain, disini juga
ditekankan hal tentang keselamatan pribadi.
Gerakan ini disebut ”metodis” karena para
pendirinya menerapkan studi yang ketat dan metodis dalam mempelajari dan
mempraktekkan Injil.
Dalam pandangannya, keselamatan diperoleh hanya
karena kebaikan Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau kebaikan manusia.
Pendeta penganjur gerakan metodis menekankan
pentingnya memperkaya kehidupan rohani umat. Caranya adalah dengan mempelajari
Alkitab secara mendalam. Mereka mempelajari kitab suci secara disiplin dan
ketat, atau disebut sangat “metodis”.
Baptisme
Baptisme dipandang sebagai sumber kebebasan
kedua tentang asketis Protestan selain Calvinisme yang memberikan sumbangan
besar pada rasionalisasi religiusitas kehidupan dunia. Semenjak awal
perkembangannya, gerakan Baptisme muncul sebagai respon dari kelesuan yang
dibawa oleh Calvinisme.
Aliran ini mulai di awal abad ke-17 di Inggris,
sebagai upaya mengkoreksi terhadap Gereja Anglikan yang dekat dengan kalangan
kerajaan.
Meskipun di awal merupakan protes terhadap
Calvinisme, namun akhirnya juga mendekat lagi dengan Calvinisme.
Mereka juga bukan gereja baru tapi hanya sekte.
Gereja Baptis ini muncul karena kurang puas dengan apa yang telah dicapai
Luther maupun Calvin dan menginginkan perubahan yang radikal.
Mereka merubah tatanan antara gereja dan negara
dan juga pelaksanaan baptis.
Sebagian menerima ajaran tentang predestinasi
dari Calvinisme, sementara yang lainnya menolak ajaran itu dan menerima ajaran
tentang kehendak bebas dari Arminianisme.
Umat pengikut ajaran ini terlebih dahulu
mengikuti ritual baptis, namun sebelumnya telah mengaku bertobat. Mereka inilah
yang dipandang telah diselamatkan, sehingga bisa bergabung dengan gereja.
Kebebasan gereja dan setiap umat menjadi inti keyakinan dalam aliran ini. Umat
memiliki hubungan langsung dengan Yesus Kristus. Dengan kata lain, gereja dan
umat tidak di bawah negara atau kerajaan.
sumber :
kerabatmedia.com
Weber, Max. The Protestan Ethic and The
Spirit of Capitalism. Translated by Talcott Parson. London and New York.
Waah, jadi keinget kuliah dulu. Kupas tuntas asosiasi antara nilai Kristianitas dengan paham kapitalisme secara verstehen. Thank you for the critical review, it brings me such nostalgic time!
BalasHapusini adalah kuliah terakhir dengan pak **n* di mata kuliah konsep. hahhaa dan akhirnya aku bisa makan dan tidur dengan tenang (sedikit). wekekek
Hapus