belajar menulis dengan beberapa tugas yang telah ada dan beberapa hal yang ingin disampaikan dengan metafora. selamat membaca, oh ya.. jika hendak mengutip beberapa info dari blog ini, mohon sertakan sumbernya ya.. ingat plagiat itu tidak baik lho. salam.... ws.ningrum

BTemplates.com

Mengenai Saya

Foto saya
wo shi filolog wo ye shi antropolog. dui, wo xi huan hanyu. jika ada yang mau kenalan, boleh kirim e-mail kakak :D oya, ws ningrum shi: windi susetyo ningrum
Diberdayakan oleh Blogger.

w.s.ningrum

w.s.ningrum
爱,我明白如果上帝不睡觉 我相信

13 Jun 2016

Max Weber (Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme)


Awalnya Max Weber melihat kedudukan tinggi dan yang menduduki jabatan penting adalah orang-orang protestan. Hal ini membuat Max heran dan bukanlah sebuah kebetulan.
Max Weber  mencari hubungan antara penghayatan agama dengan pola-pola perilaku, termasuk ekonomi. Ia berusaha mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Pada awal pencariannya, Weber memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara orang Katolik dan orang Protestan dalam hal terhadap sikap pekerjaan.
Orang Katolik mempunyai suatu kecenderungan untuk tetap bekerja dalam dunia kerajinan mereka, sedangkan orang Protestan memiliki keinginan yang kuat dalam bekerja untuk terus meningkat dan berkembang sehingga sasaran mereka adalah bagian-bagian terpenting dari perusahaan-perusahaan modern. Weber mengamati bahwa agama Kristen Protestan memberikan nilai yang positif terhadap dunia material yang bersifat kodrati.
Sikap seperti itu, erat hubungannya dengan salah satu konsep yang berkembang di kalangan Protestan yakni konsep panggilan. Bagi dia, konsepsi tentang ‘panggilan’ merupakan konsep agama tentang suatu tugas yang telah ditetapkan Tuhan. Tugas hidup di lapangan di mana seseorang harus bekerja.  

Calvinis  

Calvin mengajarkan bahwa aktivitas sosial dari orang-orang Kristen di dunia ini bertujuan untuk memuliakan Tuhan dengan mematuhi firman-firman-Nya sesuai dengan kemampuan masing-masing pribadi manusia. Bagi penganut Calvinis, kerja dilihat sebagai suatu panggilan. Kerja tidak sekedar pemenuhan keperluan tetapi sebagai tugas suci. 
Ajaran Calvinisme pada akhirnya menjadi sebuah kepercayaan. Ini dicapai setelah melalui perjuangan politik dan kultural sepanjang abad ke-17 dan 18 di beberapa negara maju, yaitu di Belanda, Inggris dan Perancis.
Ajaran Calvin pada hakekatnya juga bukan untuk manusia yang menajalankannya, namun hanya semata-mata demi kemuliaan Tuhan. Inilah yang menimbulkan ketidakpuasan bagi umat, sehingga melahirkan beberapa aliran baru. Inti ajaran Calvin berkenaan dengan posisi kedaulatan dan kemuliaan Tuhan. Tuhan Allah menciptakan alam (dunia dan manusia) demi untuk kemuliaanNya. Maka, segala peribadatan manusia hanyalah untuk memuliakan Tuhan.


Pietisme

Sama dengan Calvinisme, doktrin predestinasi juga merupakan titik tolak dari paham asketis pada ajaran Pietis. Pada ajaran ini, mereka mencari cara bagaimana mendapatkan kepastian yang lebih pasti bahwa mereka adalah orang yang diselamatkan. Mereka juga meyakini bahwa Tuhan akan memberi tanda tentang siapa yang diselamatkan tersebut.
Ajaran Pietisme lahir di Inggris dan Belanda. Ajaran ini memisahkan diri dari ajaran Calvinisme, namun merupakan transisi dari ajaran Luthearian secara gradual.
Sesungguhnya Pietisme adalah sebuah gerakan di lingkungan Lutheranisme, yang berlangsung mulai akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18. Gerakan ini berpengaruh di seluruh Protestanisme dan Anabaptisme.
Pietisme mengilhami lahirnya gerakan Methodis dan juga gerakan Brethren.
Gerakan Pietisme ditandai kesalehan pribadi dan kehidupan Kristen yang berkobar-kobar.
Para pencetus gerakan Pietisme dilatarbelakangi oleh kondisi kekurangan-kekurangan gereja dan menginginkan kebangkitan kembali kekristenan dengan lebih saleh.
Gerakan ini memberi penekanan kepada perasaan (hati) yang kuat atau fenomenal.


Metodisme

Metodisme sesungguhnya bukan gerakan baru, namun hanya sebuah semangat baru. Lahir akibat pietisme. Mereka berbeda dengan Anglikan, tapi berhubungan dengan Pietisme kontinental.
Inti ajaran metodisme berkenaan dengan aspek yang sangat penting tentang bukti bagi keselamatan pribadi. Para pengajarnya menekankan pentingnya kepastian di lubuk hati yang datang dari pengalaman emosional luar biasa dan yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Sebagaimana tiga ajaran yang lain, disini juga ditekankan hal tentang keselamatan pribadi.
Gerakan ini disebut ”metodis” karena para pendirinya menerapkan studi yang ketat dan metodis dalam mempelajari dan mempraktekkan Injil.
Dalam pandangannya, keselamatan diperoleh hanya karena kebaikan Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau kebaikan manusia.
Pendeta penganjur gerakan metodis menekankan pentingnya memperkaya kehidupan rohani umat. Caranya adalah dengan mempelajari Alkitab secara mendalam. Mereka mempelajari kitab suci secara disiplin dan ketat, atau disebut sangat “metodis”.


Baptisme

Baptisme dipandang sebagai sumber kebebasan kedua tentang asketis Protestan selain Calvinisme yang memberikan sumbangan besar pada rasionalisasi religiusitas kehidupan dunia. Semenjak awal perkembangannya, gerakan Baptisme muncul sebagai respon dari kelesuan yang dibawa oleh Calvinisme.
Aliran ini mulai di awal abad ke-17 di Inggris, sebagai upaya mengkoreksi terhadap Gereja Anglikan yang dekat dengan kalangan kerajaan.
Meskipun di awal merupakan protes terhadap Calvinisme, namun akhirnya juga mendekat lagi dengan Calvinisme.
Mereka juga bukan gereja baru tapi hanya sekte. Gereja Baptis ini muncul karena kurang puas dengan apa yang telah dicapai Luther maupun Calvin dan menginginkan perubahan yang radikal.
Mereka merubah tatanan antara gereja dan negara dan juga pelaksanaan baptis.
Sebagian menerima ajaran tentang predestinasi dari Calvinisme, sementara yang lainnya menolak ajaran itu dan menerima ajaran tentang kehendak bebas dari Arminianisme.
Umat pengikut ajaran ini terlebih dahulu mengikuti ritual baptis, namun sebelumnya telah mengaku bertobat. Mereka inilah yang dipandang telah diselamatkan, sehingga bisa bergabung dengan gereja. Kebebasan gereja dan setiap umat menjadi inti keyakinan dalam aliran ini. Umat memiliki hubungan langsung dengan Yesus Kristus. Dengan kata lain, gereja dan umat tidak di bawah negara atau kerajaan. 

sumber :

kerabatmedia.com

Weber, Max. The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism. Translated by Talcott Parson. London and New York.



2 komentar:

  1. Waah, jadi keinget kuliah dulu. Kupas tuntas asosiasi antara nilai Kristianitas dengan paham kapitalisme secara verstehen. Thank you for the critical review, it brings me such nostalgic time!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini adalah kuliah terakhir dengan pak **n* di mata kuliah konsep. hahhaa dan akhirnya aku bisa makan dan tidur dengan tenang (sedikit). wekekek

      Hapus