Permainan Tradisional (Folklore Genre : Sebagian Lisan)
Permainan adalah suatu kegiatan yang mempunyai banyak fungsi, di antaranya menghibur, menghilangkan rasa jenuh, serta memberikan sebuah semangat lagi untuk melanjutkan aktivitas kembali. Permainan tradisional adalah permainan yang masih sederhana, tidak menggunakan alat yang canggih atau alat modern. Di dalam permainan terdapat aspek fisik, sosial, dan budaya. Aspek fisik permainan erat kaitannya dengan gerakan tubuh. Tubuh (badan) yang bergerak akan memberikan manfaat tersendiri untuk kesehatan. Papadopoulus, dalam penelitiannya yang berjudul Physical Activity and Body Image menyatakan bahwa permainan di luar ruangan sama artinya dengan pentingnya berolahraga bagi anak-anak. Permainan fisik di luar ruangan merupakan bentuk upaya mendorong anak melakukan aktivitas fisik. Papadopolus juga menambahkan bahwa saat ini banyak anak-anak bahkan pada usia balita, sudah punya kekhawatiran tentang bentuk tubuh yang tidak sesuai haparan orang-orang disekelilingnya. Untuk mengurangi ketidakpercayaan diri semacam itu, Papadopoulus menyarankan orang tua untuk mendorong anaknya bermain mainan tradisional di luar ruang, seperti tak jongkok, engklek, petak umpet, galasin.
Di dalam permainan itu sendiri
terdapat tiga unsur, yaitu : aturan main, cara bermain, dan tujuan bermain. Aturan
main, dibuat dan disepakati oleh sekelompok bermain yang hendak memainkan permainan
tersebut. Aturan main yang dibuat mengekspresikan norma yang ada dalam
kehidupan membentuk sebuah kepatuhan. Dalam menjalankan sebuah permainan itu
sendiri ada cara bermain yang membedakan jenis permainan satu dengan yang
lainnya. Setiap anak mempunyai cara tersendiri dalam memainkannya, baik dengan
cara yang mematuhi aturan atau dengan cara yang menyalahi aturan. Mematuhi
aturan permainan, menggambarkan sebuah kehidupan ideal yang normal. Ini
berarti, mereka yang bermain curang akan terkena sanksi. Tujuan dari adanya
permainan selain untuk mengisi waktu luang adalah untuk mengembangkan peradaban
dalam arti “cara hidup berbudaya”. Permainan dilakukan oleh seorang atau
sejumlah anak untuk mengisi waktu luang, menghilangkan rasa jenuh, dapat
dikatakan sebagai hiburan. Selain untuk hiburan, permainan juga dapat
meningkatkan kecerdasan anak. Mengembangkan budaya di sini berarti melestarikan
dan menggunakan kreativitas dalam
bermain untuk melatih kecerdasan anak.
Permainan mempunyai fungsi sosial, karena setiap
permainan berkaitan dengan interaksi antarteman. Pada permainan tradisional,
dapat kita lihat pada tata cara permainan yang memerlukan banyak orang dan
kerja sama. Dalam permainan gobag sodor, misalnya untuk melakukan permainan ini
harus ada kelompok yang kompak, dan tidak dapat dilakukan dengan jumlah pemain
yang kurang dari ketentuan. Hal ini dapat kita lihat dalam keseharian orang
Jawa pada umumnya, tolong-menolong dan membantu sesama. Misalnya ada satu
keluarga yang sedang mempunyai hajat, tak dapat dipungkiri, tetangga pastilah
membantu dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Permainan tradisional kini sudah
jarang ditemukan di era modernisasi. Anak-anak lebih tertarik untuk bermain
dengan permainan modern atau melalukan hal lainnya yang dirasasnya lebih
bermanfaat. Seperti uraian yang telah dipaparkan di atas, permainan tradisional
berpengaruh pada fisik dan kepribadian seseorang. Manfaat permainan tradisional
dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang. Sayangnya tidak semua
anak dan tidak semua permainan memiliki manfaat yang sama terhadap pelaku
permainan tersebut. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melihat permainan
tradisional sebagai pengaruh kepribadian dan kesehatan bagi pelakunya. Objek
kajian ini melihat pelaku permainan dalam koteks orang-orang yang pernah
bermain pada masa lampau dan perubahan serta manfaat permainan tradisional bagi
mereka. Khususnya dalam permainan tradisional engklek, petak umpet, dan
congklak. Ketiga permainan tersebut dipilih oleh penulis karena permainan yang
tidak asing di kalangan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah. Ketiga
permainan tersebut memiliki cara bermain yang hampir sama di setiap daerah.
Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori perkembangan kepribadian dari Erik H. Erikson dan teori tentang fisik dari Karl Gross. Perkembangan
menurut Erik H. Erikson berlangsung melalui delapan tahap. Tahap tersebut bukan
merupakan tahapan kronologis yang ketat. Erikson berpeapat bahwa setiap anak
memiliki jadwal dan waktunya tersendiri. Erikson membagi delapan tahapan
tersebut berdasarkan kualitas dasar dan ego pada setiap tahapnya.
Tahapan tersebut, pertama adalah
tingkat infansi (oral sensory) yakni tahap pada tahun pertama yang
mengembangkan tingkat kepercayaan diri tanpa menghapus rasa curiga. Tahap
kedua, anal muscular tahap pada masa awal anak delapan bulan sampai
empat tahun. Tugas pada tahapan ini adalah untuk mengajari anak berkesplore
dengan mandiri. Anak berlajar berjalan, bereksporasi, dan memanipulasi
lingkungan. Anak diajari untuk mengatasi rasa malu dan ragu pada dirinya. Tahap
ketiga adalah tahap umur bermain, pada usia tiga sampai enam tahun. Anak
belajar berinisiatif (positif terhadap tantangan dunia, bertanggung jawab
dengan hal yang baru dan merasa bermanfaat. Tahap keempat adalah latensi, usia
anak-anak sekolah enam sampai dua belas tahun. Anak mengendalikan imajinasinya
dan mengabadikan diri mereka kepada pendidikan dan mempelajari keterampilan
sosial yang dituntut oleh masyarakat. Tahap kelima adalah masa remaja, dimulai dengan
pubertas dan berakhir pada usia dua puluh tahunan. Pada masa ini anak mencari
identitas diri dan menghindari kebingungan. Ketika seorang remaja mengalami
kebingingan, Erikson mengatakan orang tersebut sedang menderita krisis
identitas. Tahap keenam, individu berada tahap dewasa muda antara umur 18-30
tahun. Tahap yang dikenal dengan tahap keterasingan, tahap kecenderungan
mengisolasi diri dari cinta, pertemanan dari pertemanan dan komunitas. Individu
akan mengenal benci dan cinta pada individu lain dan juga pada komunitas. Tahap
ketujuh adalah tahap masa dewasa madya. Rentan usia pada dua puluh hingga lima
puluh tahun, merupakan suatu tahapan kritis dimana manusia bertanya terhadap
hal-hal yang mereka lakukan adalah untuk apa dan memiliki manfaat apa. Pada
usia tua, mereka akan menengok kembali ke masa ketika sedag muda terkait apa
yang dilakukannya. Jika individu berhasil pada tahapan ini, maka inidividu akan
memiliki kemapuan untuk peduli pada orang yang akan membantu melewati masa
hidupnya. Tahap kedelapan adalah tahap masa dewasa akhir.
Erikson memberikan
sesuatu yang baru melalui teorinya, dalam mempelajari perilaku manusia dan
merupakan suatu pemikiran yang maju guna memahami persoalan/masalah psikologi
yang dihadapi oleh manusia pada zaman modern. Teorinya banyak digunakan terkait
dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia. Bagi Erikson
dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi anatara
kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial.
Secara khusus, tahapan kehidupan seseorang dari lahir dibentuk melalui
pengaruh-pengaruh sosial dan interaksi dengan suatu organisme yang akhirnya
menjadi matang secara fisik dan psikologis. Erikson mengemukakan faktor yang
mempengaruhi kepribadian berbeda dengan yang dikemuakakan Freud. Meskipun Freud
menyatakan kepribadian dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal. Erikson
mengatakan potensi yang dimiliki oleh individu adalah ego yang muncul bersama
kelahiran dan harus ditegakan dalam lingkungan budaya.
Karl Gross (seorang
filsafat) mengatakan bahwa, anak bermain untuk mempertahankan kehidupannya.
Awalnya kegiatan bermain tidak memiliki tujuan namun kemudian memiliki tujuan
dan sangat berguna untuk memperoleh dan melatih keterampilan tertentu. Fungsinya
sangat penting bagi mereka pada saat dewasa kelak. Gross mencontohkan bayi yang
menggerak-gerakan tangan. Jari, kaki, dan berceloteh merupakan kegiatan bermain
yang bertujuan untuk mengembangkan fungsi motorik dan bahasa agar dapat
digunakan di masa mendatang.
Permainan yang dipilih
pada penelitian ini adalah permainan engklek, petak umpet, dan congklak. Ketiga
permainan tersebut dipilih karena merupakan permainan yang dikenal oleh banyak
orang dan setiap daerah memiliki cara bermain yang hampir sama, terutama di
daerah Jawa. Baik dari peraturan atau cara bermain yang dilakukan oleh si
pemain. Berikut merupakan cara bermain permaian engklek, petak umpet, dan
congklak.
Permainan ini memimilik banyak nama di berbagai daerah, antara lain
engklek/dengklekan/sundamanda/ingkling/lempeng/dampu/jlong jling, dan sebagainya. Menurut Wikipedia, nama permainan ini
berasal dari nama zondag-maandag yang beraal dari Belanda yang menyebar
ke nusantara pada zaman kolonial, meski dugaan tersebut merupakan dugaan
sementara. Dimainkan oleh anak-anak, dua sampai lima orang peserta, dominan
yang melakukan permainan ini adalah perempuan.
Engklek merupakan permainan tradisional
yang dilakukan dengan menggunakan media tanah dan gaco (biasanya terbuat
dari pecahan genting atau keramik yang bentuknya pipih, sehingga dapat dilempar
dan menempel ditanah dengan baik) sebagai media bermainnya. Permainan diawali
dengan menggambar denah (kotak-kotak) yang disusun berdasarkan kesepakatan.
Denah permainan engklek terdapat empat jenis. Perbedaannya terletak pada macam
kotak yang disajikan dan cara bermainnya. Perbedaan dari denah yang ada membuat
nama permainan engklek bervariasi, yakni engklek pesawat, engklek gunung,
engklek kiritan (baling-baling), dan engkel tahu. Meskipun begitu, permainan
ini tetap dikatakan sebagai permainan engklek karena menggunakan kekuatan kaki
dan memerlukan denah dan gaco untuk memainkanya yang masing-masing
memiliki ciri khas tersendiiri pada setiap permainan engkek tersebut. Ketika
menentukan jenis permainan engkek apa yang akan dimainkan, anak-anak yang
bermain sebelumnya telah memiliki kesepakatan dan menentukan peraturan dalam
permainan.
Cara melakukan permainan engklek pada umumnya diawai
dengan hom pim pa untuk menentukan siapa yang berhak bermain terlebih dahulu.
Sebelum mulai permainan, gaco dilemparkan ke kotak pertama, jika satu
putaran telah usai dan pemain masih belum gugur, maka gaco dilempar ke
kotak kedua, dan seterusnya. Pemain harus melalui kotak-kotak pada denah yang
dibuat. Menggunakan satu kaki, maju ke kotak berikutnya juga menggunakan satu
kaki dengan cara melompat (satu kaki). Jika menemukan kotak yang berjejer kanan
kiri, maka satu kaki di kanan dan satu kaki berada di kiri. Setelah satu permainan usai, dalam artian pemain sudah melempar gaco
hingga permainan pada putaran terakhir. Permain berdiri membelakangi denah dan
melemparkan gaco ke belakang untuk mendapatkan sawah. Jika gaco yang
dilempar tepat berada di kotak, maka kotak tersebut menjadi sawahnya. Sedangkan
jika meleset atau jatuh di atas garis, maka gagal mendapatkan sawah.
Kepemilikan sawah ini ditandai oleh pemilinya berbeda-beda untuk memebedakan
kepemilikan sawah tersebut. Ada yang meandainya dengan bintanng, bentuk arsiran
atau huruf x besar. Keuntungan dengan memperoleh sawah adalah bagi si pemilik
sawah meletakkan kedua kakinya ketika melewati tempat tersebut. Sedangkan untuk
lawannya tidak boleh melewati (lompat). Permainan diakhiri dengan semua kotak
telah menjadi sawah. Permainan dimenangkan oleh anak yang memiliki sawah paling
banyak.
Berdasarkan pada keterangan yang telah disebutkan,
keempat
denah di atas merupakan variasi
dari permainan engklek. Persamaan dari permainan ini adalah melatih
keseimbangan kaki, strategi, kemampuan fisik untuk melangkah dan kelincahan
tubuh agar dapat melangkah pada denah yang memiliki tahapan yang lebih sulit
lagi anntinya. Namun permainan engklek pada denah d (tahu), lebih menampilkan pada
keseimbangan kaki dan kelincahan kaki dalam memindahkan gaco dari satu
kotak ke kotak yang lainnya.
Permainan petak umpet
merupakan permainan sembunyi. Satu orang berjaga (menjadi setan) dan yang lain
bersembunyi. Permainan ini membutuhkan strategi dan kecepatan berlari. Strategi
digunakan oleh pemain untuk mencari tempat sembunyi yang sekiranya aman dari
setan dan dapat membobol daerah setan dengan menyentuh sambil berkata “piglong”
untuk menandakan anak yang menjadi setan kalah dan berjaga mulai dari awal
lagi. Sedangan strategi yang digunakan setan adalah mencari tempat
persembunyian sambil menjaga daerahnya agar tidak menjadi setan kembali.
Kekuatan fisik (berlari) digunakan apabila setan telah menemukan satu anak yang
bersembunyi dan keduanya berlari menuju daerah jaga setan, hal ini bertujuan
agar setan menang atau kalah, siapa yang trcepat menyentuh daerah jaga setanlah
yang menang. Permainan ini umumnya dilakukan di luar ruangan, biasanya di
halaman atau kebun yang luas dan banyak tempat untuk bersembunyi.
Permainan congklak/dakon/lumbungan merupakan
permainan ringan yang menggunakan alat untuk memainakan permainannya. Awalnya
dakon dimainkan dengan
alat berupa kerikil atau batu-batu kecil. Media lainnya adalah tanah atau teras
rumah yang sudah berkeramik. Dahulu belum ada rumah yang memiliki teras,
sehingga pada awal mulanya alat yang digunakan pada permainan ini adalah batu
kecil/kerikil dan denah sebagai tempat penyimpanan batu atau dalam jawa
dikatakan sebagai lumbung.
Akhir permainan diakhiri dengan
habisnya kerikil yang ada di kotak dan yang paling banyak menabung kerikil yang
menjadi pemenangnya. Permainan dakon membutuhkan strategi untuk memenangkan
permainan dan memperoleh kerikil yang lebih banyak dari lawannya. Permainan dakon
di keraton dilakukan oleh putri keraton bertujuan untuk melatih kesabaran dan
keterampilan tangan. Karena permainan ini menggunakan punggung tangan, sehingga
dalam mengambil kerikil dan meletakkan satu-persatu kerikilnya, memerlukan
kesabaran dan tangan yang lincah.
Tiga permainan tersebut memiliki
fungsi bagi pemainnya. Meskipun permainan tradisional saat ini sudah jarang
ditemui di masyarakat, namun permainan tradisional dapat mempengaruhi kehidupan
manusia dalam bersosialisasi dengan masyarakat dan kondisi fisik pemain ketika
melakukan permainan tersebut. Persepsi permainan tradisional di masyarakat saat
ini dirindukan kembali oleh orang-orang yang dulu sering melakukan permainan
tersebut. Sayangnya permainan itu sudah bergeser dengan modernitas yang telah
berubah menjadi gedjet. Permainan dapat ditemukan pada anak-anak TK ketika
bermain bersama, meskipun yang dilakukan memiliki perbedaan dalam cara dan
aturan permainan. Selain di TK dapat pula ditemui ketika ada pembekalan
karakter yang dilakukan oleh beberapa kelompok untuk mengetahui karakter dan
melatih kerjasama antar anggota. Permainan juga banyak dilakukan oleh psikolog
ketika melakukan praktek dalam membantu perusahaan lain dalam wawancara dengan
calon pegawainya.
Permainan tradisional rata-rata
banyak dilakukan pada era tahun pra1990-an hingga sebelum tahun 2000-an.
Manfaat dari bermain di lapangan masih dirasakan oleh pelakunya hingga saat
ini. Baik ketika bersosialisasi atau pada kondisi tubuh yang di rasakan oleh
pemain. Bentuk sosialisasi secara tidak langsung dibentuk melalui permainan
tradisional. Tiga permainan yang telah disebutkan diatas, mengatakan bahwa
permainan dilakukan secara berkelompok atau ketika bermain memerlukan lawan
main, tidak dapat dilakukan sendiri (individu). Perlunya lawan dalam bermain
secara tidak langsung akan mengajarkan sosialsisai dengan orang lain. Dari cara
mengajak orang lain bermain, kejujuran saat bermain, hingga pemecahan masalah
ketika terjadi konflik ketika permainan berlangsung.
Menurut Erikson, anak memiliki
tahapan tersendiri dan setiap individu berbeda dalam menghadapi tahapan
tersebut. Salah satu dari tahap perkembangan anak adalah tahap bermain. Dimana
anak mengeksplore dirinya pada sebuah permainan. Anak meniru dan mencontoh
orang dewasa berperilaku seperti apa. Sikap mecontoh dan berperilaku tersebut
merupakan cerminan kecil anak pada sebuah minat dan bakat. Begitu pula ketika
anak memiliki minat pada permainan tertentu. Permainan yang lebih membutuhkan
tenaga atau lebih membutuhkan taktik, secara tidak langsung kepribadian anak
akan terbentuk. Mulai dari bermain, menempuh pendidikan formal, dan tahapan
menuju dewasa selanjutnya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lain ketika
dalam proses pertumbuhan dewasa. Hal tersebut juga akan mempengaruhi proses
sosial.
Kepribadian seseorang juga nampak
dari kreatifitasnya yang merupakan dampak dari permainan tradisional. Kreativitas
dalam bermain ketika memainkan strategi dan trik, akan melatih otak berfikir
dan secara tidak langsung akan menjadikan pelakunya kreatif. Beberapa orang
mengaku yang dahulunya suka bermain menggunakan trik, seperti dakon, engklek,
dan petak umpet mempengaruhi kreativitas mereka. Baik kreatif dalam hal
kerajinan tangan atau menulis dan melakukan penelitian. Ide kreatif yang dimulai
dari kecil pada saat bermain. Sosialisasi dalam bermain mengajarkan anak untuk
mudah bergaul dan berteman. Lima dari enam orang mengaku suka berorganisasi dan
bergabung dalam komunitas. Percaya diri dapat dibangun dari bermain, diajarkan
untuk tidak takut salah sedari kecil akan mengakibatkan ketika besar suka
dengan hal-hal yang baru.
Proses sosial yang dibentuk dalam
permainan akan mempengaruhi pula proses sosial dalam berinteraksi dengan orang
lain. Bagaimana sikap terbentuk dan bagaimana cara menanggapi orang lain ketika
sedang terjadi konflik. Hal ini dapat dirasakan oleh ibu rumah tangga, ketika
melakukan urusan rumah yang dikatakan selalu sama setiap harinya dan mengurus
anak yang masih kecil yang memiliki banyak permintaan. Sikap enjoy yang
dirasakan oleh ibu rumah tangga ketika melakukan tugasnya, dipengaruhi oleh
banyak faktor dan salah satunya adalah bermain. Tidak hanya pengalaman bermain
yang dilakukan ketika masih kecil, namun permainan sederhana seperti congklak
dan permainan tradisional sederhana lainnya sering dimainkan pula saat ini
dengan anak-anaknya. Bermain antara ibu dengan anak dapat menambah kedekatan si
anak dan ibu akan lebih memahami anak, sehingga ketika anaknya rewel ibu dapat
dengan mudah mengatasi masalah dengan cara yang lembut. Umumnya bermain
diakukan ketika waktu senggang, siang hari dan setelah melakukan aktivitas
berat (seperti sekolah atau mengerjakan kegiatan rumah yang dikatakan
memosankan dan jenuh).
Gross mengatakan tentang
perkembangan anak terkait fisik dan fungsi motoriknya. Salah satu cara dalam
mengembangkan fungi tersebut adalah dengan bermain. Dikatakan pula sebagai
olahraga ringan karena bergerak dan mengeluarkan keringat, namun tidak disadari
oleh pelaku karena asyik melakukannya. Beberapa orang mengaku tentang kondisi
fisiknya ketika masih bermain dan ketika sudah tidak bermain lagi. Olahraga
sederhana yang secara tidak langsung dilakukan dapat membentuk tubuh dan
menyegarkan tubuh. Berkeringat menandakan ciri tubuh yang bugar dan segar.
Aktivias bekerja di daerah perkotaan yang penuh dengan polusi menjadikan
kondisi badan kurang fit, sehingga perlunya olahraga ringan seperti bermain
untuk memulihkan pikiran kembali. Beberapa orang mengaku kekurangan waktu walau
hanya sekedar untuk berolahraga ringan, bahkan ketika hendak bermain bersama
dengan teman lainnya kurang ada waktu berkumpul dengan teman walau sekedar
hanya bermain. Seiring dengan kesibukan masing-masing semakin jarang waktu
luang untuk berkumpul. Beberapa orang menyiasati waktu bermain saat kecil
dengan cara piknik atau naik gunung. Selain digunakan untuk menjernihkan pikiran
akibat kesibukan dan udara di perkotaan yang kotor, naik gunung juga dapat
mengakrabkan kawan lama yang sudah lama tidak berjumpa. Baik naik gunung atau
piknik, sama-sama memiliki tujuan menjernihkan pikiran dari kesibukan. Secara
tidak langsung, akan melatih tubuh untuk bergerak dan dengan tidak sadar telah
melakukan olahraga ringan.
Berdasarkan
informasi yang telah ada dan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat dilihat
manfaat bermain dapat dilihat dalam segi kesehatan, psikologi, dan sikap
seseorang. Permainan tradisional mempengaruhi cara pola asuh ibu terhadap pembentukan
karakter anak; mempengaruhi cara bersosialisasi dengan lingkungannya; dapat
melatih kesabaran, taktik, dan pemikiran seseorang; dapat mempererat hubungan
antar manusia; menumbuhkan sikap kreativitas dan rasa ingin tahu yang tinggi;
mempengaruhi kesehatan, kekuatan, dan daya tahan tubuh; melatih kemandirian;
meningkatkan rasa percaya diri.
NB : maaf, denah tidak dapat saya post kan karena sedang terjadi masalah dengan blogs saya. nuhun.. ^^v semoga bermanfaat dan jangan lupa sertakan di daftar pustaka yaaa.
Hahaha, than I can relate this one to http://yakalee.com/faedah-permainan-kids-zaman-past/
BalasHapusaku sudah baca di laman Yakalee bang....
Hapusserasa nemu teman dari desa yang pengen dolanan lagi. hahahaa
tambahan bang, buat yang paragraf terakhir... mengenai jago diplomasi. Aku kurang tahu sih, di Jawa Barat ada apa enggak. Tapi dulu pas aku kecil, ada mainan yang namanya "permisi tuan"
disana mereka juga seolah-olah main peran dan menyusun cerita secara singkat dan diperagakan dengan gerakan layaknya pantomim. nah diplomasi yang aku bilang ini, aku melihatnya dari seorang anak yang sedang berjaga dan disuruh untuk menebak, ceita apa yang sebenarnya ia gambarkan. kalau dia nggak pinter ngomong, gimana jadinya nanti si anak ini akan terbebas dari hukumannya.. hahhaa
lalu yang membidik, aku jadi teringat sama mainan dari bambu yang disodok2, pelurunya pakai kertas yang dibasahin. hahahaa
mainan anak laki2 yang iseng dan dominan mereka nakal. wkwkwk
terima kasih artikel dari Yakalee nya bang :D