Kelompok Kesenian Sedap Malam, Sragen
Nama Sedap Malam mungkin tak asing bagi orang penggemar bunga. bunga berwarna putih berbentuk seperti melati namun lebih besar, baunya harum dan bergerombol.
pandangan nama Sedap Malam berbeda lagi presepsinya jika berada di wilayah sragen dan di kalangan waria. Nama Sedap Malam (yang kemudian disingkat menjadi SM) dikenal oleh masyarakat Sragen dengan nama kelompok kesenian yang di dalamnya beranggotakan waria. Kelompok kesenian ini berdiri pada tahun 2006, agenda mereka yang pertama selain arisan kecil-kecilan adalah mencari dana untuk korban gempa Jogjakarta.
Selama ini, pandangan masyarakat umum tentang waria banyak yang berfikiran negatif, bahkan ada yang mengatakan kalau waria itu adalah sampah masyarakat, Laras, yang erat dipanggil dengan tante Laras adalah salah satu waria di Sragen, ia mengaku kalau banyak orang yang berpandangan negatif terhadap waria. Namun setelah adanya kelompok kesenian SM yang disuh oleh Sri Riyanto atau erat dipanggil dengan nama mas Damen, pandangan masyarakat umum tidak memojokan lagi pandangannya terhadap waria.
SM merupakan kelompok kesenian yang lebih dominan bergerak dalam bidang tari. Nak hanya itu, mas Damen juga mengajarkan bagaimana bermain ketoprak. SM sering dipanggil oleh beberapa orang untuk menjadi cucuk lampah dalam upacara pengantin, kadang juga menari dan bermain keroprak, sesuai dengan apa yang dipesan oleh orang yang mempunyai hajat tersebut.
ketrampilan anggota SM terlihat dalam gerak gemulai tariannya, misalnya saja saat mereka menari di taman KB Semarang dalam acara Pekan Kesenian Jawa Tengah, April lalu. gerak yang luwes dan lucu mereka hadirkan kepada penonton sebagai hiburan dan sarana mengembangkan budaya, khususnya dalam hal seni tari. Anggota SM memiliki talenta yang berbeda, ada yang pandai menari, mennyanyi, merias, ada pula yang multi talenta.
Keberadaan SM saat ini bukan dijadikan sebagai wadah kotor atau yang menjijikan, namun SM merupakan wadah yang baik untuk para waria dalam mengembangkan bakatnya tersebut, walaupun sebagian dari mereka ada yang mempunyai penghasilan sendiri melalui salon. mereka memperoleh pengetahuan merias salon terssebut dari kursus dan beberapa tempat yang berbeda satu sama lain. selain untuk mengembangkan bakatnya, di SM mereka juga mempengaruhi kehidupan malamnya "mangkal" dengan itensitas yang berkurang. Kemampuan SM sudah tak diragukan lagi, tante Nining pernah berkata bahwa SM pernah pentas selama tiga kali di tempat yang berbeda dalam satu hari.
melalui tarian dan berbagai kesenian yang dibawakan oleh SM, mengembangkan kebudayaan dan waria. waria tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum, dan kebudayaan Indonesia tetep lestari. mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas kita sebagai warga Indonesia, jika kita menganggap waria mempunyai kekurangan, mengapa kita yang normal tidak? seharusnya kita lebih mengembangkan lagi kebudayaan negara ini, sebelum adanya negara lain yang mengklaim.
Waria lebih diibaratkan mereka laki-laki yang memiliki sifat keperempuanan dan berdandan layaknya perempuan. Namun ada yang unik di kelompok kesenian SM ini, ada salah satua anggota SM yang memiliki kumis, jika berbicara masih menggunakan suara yang tinggi, alias suara laki-laki. Ia mengatakan mau seperti ini karena untuk lucu-lucuan saja dan untuk menghibur penonton.
BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional) Sragen juga mengatakan adanya manfaat dari adanya SM, salah satunya adalah untuk memberikan informsi mengenai pengetahuan seks kepada masyarakat umum. Pak Waryono (pihak BKKBN Sragen) mengatakan mereka bisa mengeksplor pengetahuan seks dengan lebih luwes dan lucu, kalau orang normal pada biasanya mereka agak kaku dalam mengatakan dan menyampaikan pengetahuan tentang seks tersebut. jika yang mengatakan waria mereka akan mengeksplor dengan gayanya dan salah satunya lewat ketoprak SM. contoh inofmasi tentang seks tersebut misalnya adalah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Pihak BKKBN mengaku mereka terbantu dengan adanya SM.
Jika pandangan kita selalu negatif terhadap waria, mari bersama-sama untuk berfikir jernih, tak ada orang yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah. Manusia normal saja memliki banyak kekurangan, begitu juga dengan waria, namun tak selamanya waria itu mempunyai arti yang buruk, waria juga manusia, jika mereka bisa memilih, mereka juga ingin normal seperti kita, layaknya manusia normal pada umumnya.
salam budaya, mari lestarikan budaya Indonesia. :)
Wah, ini pernah dibahas dulu pas masih S1, mata kuliah antropologi gender dan seksualitas.
BalasHapusNostalgia jadi berasa nendang lagi, deh.
Haha, trims buat infonya ya, Mbak. Setuju, kasihan subjek-subjek seperti ini. Mereka harus dapat mengembangkan dirinya sebagai manusia, walaupun memiliki issue yang dianggap menyimpang dari heteronormativitas. Mereka harus tetap kita jaga sebagai manusia apa adanya, karena di situlah Hak Asasi Manusia dapat kita jaga. Jangan sampai mereka mendapatkan problema interseksional
benar banget bang. Mereka juga manusia...
Hapusngrasain banget, gimana ketika waktu itu aku ngikutin waria yang menjajakan dirinya.. serem-serem gimana gitu, tapi mereka happy saja.
pokonya dari penelitian ini, aku serasa mendengar suara hati waria.
untuk alamat sanggar sedap malam di sragen dimana ya terimakasih
BalasHapushalo adik Nur Rohim... untuk alamat lengkapnya saya sedikit lupa ya. karena memang sudah lama sekali... ada di Sragen, di daerah Karangmalang. insyaalah disana sudah tahu semua tempatnya.. cari saja rumah mas Sri Riyanto atau tempat pengasuhnya Sedap Malam.
Hapussemoga berguna ya dik, informasi dari saya...
salam