belajar menulis dengan beberapa tugas yang telah ada dan beberapa hal yang ingin disampaikan dengan metafora. selamat membaca, oh ya.. jika hendak mengutip beberapa info dari blog ini, mohon sertakan sumbernya ya.. ingat plagiat itu tidak baik lho. salam.... ws.ningrum

BTemplates.com

Mengenai Saya

Foto saya
wo shi filolog wo ye shi antropolog. dui, wo xi huan hanyu. jika ada yang mau kenalan, boleh kirim e-mail kakak :D oya, ws ningrum shi: windi susetyo ningrum
Diberdayakan oleh Blogger.

w.s.ningrum

w.s.ningrum
爱,我明白如果上帝不睡觉 我相信

7 Apr 2017

Hijab Santri dan Abangan


Dewasa ini, fenomena jilbab menjadi trending topik dalam fashion wanita. Banyak toko atau online shop yang menjual berbagai macam model jilbab yang menarik untuk kaum hawa. Selain agar terlihat lebih cantik dan menutup aurat, fashion nampak menjadi lebih menonjolkan kepawaian wanita dalam menganakan jilbab. Baik agar terlihat modis, mengikuti perkembanan zaman, atau agar nampak lebih enak dipandang. Berbagai macam alasan kaum hawa dalam mengenakan jilbab, lama-lama menjadikan alasan utama wanita berjilbab bukanlah karena kewajiban dan hati nurani. Beberapa wanita ada yang mengenakan jilbab karena alasan tertentu yang bukan berdasarkan ajaran Islam.
Memang tidak salah jika hijab menjadi trending topik dalam pasaran saat ini. Dampak positif lainya pada kaum hawa adalah semakin banyak mereka yang menggunakan jilbab dan menutup auratnya. Secara perlahan, hal itu adalah dampak positif dari fashion hijab. Sayangnya, bebrapa kaum hanya yang berdandang menggunakan jilbab ada yang berlebihan. Mislanya setelah memakai jilbab, mereka menghiasi lehernya dengan perhiasan yang ada di leher dan kepala. Jilbab bagian atas dihiasi dan dililit dengan beberapa kain yang nampak seperti punuk unta. Hal itu justru merusak fenomena jilbab dan mengecap wanita berjilbab saat ini tidak sesuai dengan kaidah agama. Penggunaak jilbab yang berlebihan, baik dari cara berdandan dan menggunakan perhiasan dalam penambahan aksesoris adalah hal negatif pada fashion hijab kekinian.
Alasan kaum hawa mengenakan jilbab atas dasar hati nurani dan alasan agama, saat ini tidak banyak. Beberapa wanita yang berasal dari golongan santripun memakai jiblab semakin ia tumbuh besar, semakin dapat mengekspresikan dirinya agar terlihat cantik, mempunyai ciri khas dan berbeda dengan wanita yang lainnya. Lebih parahnya lagi, beberapa dari mereka pun ada yang melepas jilbab atau bahkan memakai jilbab hanya jika ada acara tertentu. Hal tersebut merupakan ketidak konsistenan wanita dalam mengenakan jilbab. Ketika hijan dibicarakan dalam tema pergaulan sehari-hari, akan memiliki arti yang berbeda. Hal ini menyebabkan dikesampingkannya makna hijab sesungguhnya dan menjunjung tinggi rasa toleransi. Meskipun satu orang dengan yang lainnya memiliki alasan yang berbeda.
Berbagai alasan dan cara memakai jilbab seolah terbagi menjadi dua kubu, yakni hijab santri dan hijab abangan. Pertama adalah hijab santri yang dikenakan oleh banyak santri secara umum. Jika dilihat dari penampilannya, mereka menggunakan jilbab atas dasar agama, menutup aurat, tidak mengenakan pakaian yang ketat atau membentuk tubuh, kain jilbab yang dipilih adalah kain yang panjang menjulang dan menutupi bagian dada, dan yang lebih tinggi lagi tingkatannya adalah mereka yang mengenakan jilbab hampir seperti mengenakan mukena. Hampir sama dengan wanita yang menggunakan cadar, namun perbedaannya mereka tidak menggunakan cadar. Kedua adalah hijab abangan. Disebut abangan karena alasan mereka memakai jilbab yang tidak secara keseluruhan badannya berjilbab. Jika dilihat dari penampilannya, pakaian yang dikenakan ketat, membentuk tubuh, ada beberapa bagian yang dilihatkan dengan sengaja, memakai pernak-pernik (hiasan) yang berlebihan, cara melilit jilbab cukup ribet dan memakan waktu lama. Sebagian besar dari wanita pengikut hijab abangan adalah mereka yang termakan oleh fashion dan ingin lebih menonjolkan kecantikannya dengan berjilbab. Lebih parahnya lagi, alasan mereka adalah agar kulitnya putih.
Beberapa alasan dan dua golongan berjilbab diatas memang tidaklah salah karena tujuan mereka adalah mengikuti kewajiban wanita sebagai umat islam agar menutup auratnya. Alasan wanita mengenakan jilbab tidak jauh dari fakor yang mendorong mereka dalam mengenkan jilbab. Antara lain 1) faktor lingkungan kerja yang mengharuskan mereka memakai jilbab, 2) faktor lingkungan keluarga yang agamis, 3) adanya hidayah yang didapatkan oleh seorang wanita, 4) merasa bersalah dan ingin beraubat, 5) hari raya idul fitri, 6) faktor perkembangan zaman karena banyak model jilbab yang ada di pasaran, dan 7) faktor umur.
Faktor lingkungan, baik lingkungan kerja atau lingkungan agamis memang kuat mempengaruhi dalam perubahan wanita ketika berpakaian. Bedanya, faktor lingkungan keluarga yang agamis, seperti sebuah adat yang diwariskan turun temurun agar anaknya mengenakan jilbab seperti yang dikenakan orang tuanya. Sementara faktor lingkungan kerja mempengaruhi dirinya karena kewajibannya dalam suatu pekerjaan. Kedua hal ini bukan berasal dari hati masing-masing secara sadar, namun berdasarkan adat dan tradisi yang mengelilingi mereka.
Memakai jilbab karena merasa bersalah dan ingin bertaubat, ingin lebih mendekatkan diri pada Allah dan meminta perlindungan atas perbuatannya. Hal ini kerap kali diperlihatkan oleh wanita yang melakukan kejahatan dan ketika sedang disidang oleh pengadilan, mereka mengenakan jilbab. Entah untuk setreusnya menenakan atau hanya ketika saat itu saja, mereka mengenakan jilbab. Seperti penggunaan jilbab pada hari raya idul fitri. Simbol dari kemenangan dan kembali suci. Hampir semua wanita mengenakan jilbab pada masa ini, beberapa hari pada masa idul fitri. Tapi setelah masa tersebut usai, mereka mengenakan pakaian seperti awal sediakala. Faktor umur tidak kalah juga dalam hal-hal yang menyebabkan wanita berjilbab. Diketahui jika umur sudah tua, mereka akan semakin merenung akan dosa yang telah dilakukan selama ini. Pikiran tua dan kemudian mati adalah hal yang menakutkan bagi kebanyakan orang karena mengingat dosanya yang banyak. Semakin ingin mendekatkan diri pada Allah, salah satu simbol yang terlihat adalah mereka mengikuti pengajian dan mengenakan jilbab.
Faktor lingkunan kerja, seperti pada tulisan MacLeod yang berjudul Hegemonic Relations and Gender Resistence perihal wanita berjilbab yang bekerja sebagai perlindungan diri mereka karena keluar dari rumah. Karena ia ingin menunjukan dirinya sebagai orang muslim, maka ia mengenakan jilbab. Nampak adanya perbedaan faktor lingkngan kerja dengan faktor keinginan pribadi dalam mengenakan jilbab. Semakin berkembangnya zaman, akan semakin banyak trend baik busana muslimah atau non muslim. Zaman dahulu varian jilbab hanya jilbab langsung, jilbab nenek, dan jilbab segi empat. Sekarang ini sudah ada varian yang menjadikan daya tarik wanita muslim dalam mengenakan jilbab. Seperti jilbab segi empat yang bolak-balik, berbagi motif, dan warna yang menarik minat kaum hawa untuk membeli. Jilbab pasmina yang semakin bevariasi, dan jilbab langsungan yangtelah dibentuk (pasmina instan) yang semakin memudahkan wanita untuk menebakan jilbab. Ditambah lagi dengan berbagai banyak model tutorial hijab yang dapat dlihat dari berbagais situs jejaring sosial.
Kesemuanya itu, memperlihatkan bahwa trend dalam berjilbab sudah tidak lagi dianggap sebagai orang kuno. Sangat jauh halnya dengan orang yang memiliki alasan mendapatkan hidayah untuk berjilbab. Berbagai macam cerita banyak ditampilkan di sosial media tentang wanita yang mendapatkan hidayah, masuk islam dan kemudian berjilbab. Baik nantinya ia akan mengikuti hijab abangan atau hijab santri. Setidaknya mereka sudah memiliki satu langkah dalam berjilbab.
Hijab abangan di mata hijab santri kerab kali menjadi bahan berbincangan karena mengenakan jilbab tapi masih mengenakan pakaian yang ketat, sangat membentuk badan, dan menggunakan hiasan yang berlebihan. Sebaliknya golongan hijan abangan melihat orang yang mengenakan jilbab yang sangat besar, nampak seperti orang yang tidak memiliki fashion, kurang sedap dipandang, dan dekat dengan kata teroris. Namun dari kesemua itu, hingga saat ini tidak ada permusuhan yang besar atara kedua kubu tersebut. Bagaimanapun seorang wanita menggunakan jilbab adalah suatu kewajiban umat muslim. Bukan masalah besar dalam pilihan mereka dalam fashion. Secara perlahan, sikap dan perilaku mereka akan berubah sesuai dengan pengalaman mereka dalam berjilbab.  Baik hijab santri atau abangan memang sebaiknya tidak saling memperbincangkan satu sama lain dalam pilihannya dan berjalan sesuai kepercayaan masing-masing. Jika jilbab yang dikenakan sopan dan tiadak berlebihan adala kunci utama kedamaian dan keselamatan wanita dalam tingkah laku dalam melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

Referensi :
Macleod, Arlene Elowe. 1992. Hegemonic Relations and Gender Resistance: The New Velling as Accomodating Protest in Cairo. Chicago Journa.

Mila31. 2012. Style Hijab Masa Kini. artikelduniawanita.com (15 November 2016)

2 komentar:

  1. Ya ampun Mbak Windi, mencerahkan banget.

    Trims buat inspirasinya ya, Mbak.

    Andaikan ini dikembangin jadi studi kasus atau tinjauan literatur kritis, alangkah baiknya kalau ini dimasukkan ke prosiding atau konferensi nasional/internasional soal gender dan seks / studi Islam. Good luck ya, Mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya to bang?
      tapi diriku merasa ini masih perlu diperbaiki..
      mohon kritik dan sarannya ya bang.. :D

      Hapus