belajar menulis dengan beberapa tugas yang telah ada dan beberapa hal yang ingin disampaikan dengan metafora. selamat membaca, oh ya.. jika hendak mengutip beberapa info dari blog ini, mohon sertakan sumbernya ya.. ingat plagiat itu tidak baik lho. salam.... ws.ningrum

BTemplates.com

Mengenai Saya

Foto saya
wo shi filolog wo ye shi antropolog. dui, wo xi huan hanyu. jika ada yang mau kenalan, boleh kirim e-mail kakak :D oya, ws ningrum shi: windi susetyo ningrum
Diberdayakan oleh Blogger.

w.s.ningrum

w.s.ningrum
爱,我明白如果上帝不睡觉 我相信

12 Jun 2016

Permainan Tradisional (Folklore Genre : Sebagian Lisan)





Permainan adalah suatu kegiatan yang mempunyai banyak fungsi, di antaranya menghibur, menghilangkan rasa jenuh, serta memberikan sebuah semangat lagi untuk melanjutkan aktivitas kembali. Permainan tradisional adalah permainan yang masih sederhana, tidak menggunakan alat yang canggih atau alat modern.  Di dalam permainan terdapat aspek fisik, sosial, dan budaya. Aspek fisik permainan erat kaitannya dengan gerakan tubuh. Tubuh (badan) yang bergerak akan memberikan manfaat tersendiri untuk kesehatan. Papadopoulus, dalam penelitiannya yang berjudul Physical Activity and Body Image menyatakan bahwa permainan di luar ruangan sama artinya dengan pentingnya berolahraga bagi anak-anak. Permainan fisik di luar ruangan merupakan bentuk upaya mendorong anak melakukan aktivitas fisik. Papadopolus  juga menambahkan bahwa saat ini banyak anak-anak bahkan pada usia balita, sudah punya kekhawatiran tentang bentuk tubuh yang tidak sesuai haparan orang-orang disekelilingnya. Untuk mengurangi ketidakpercayaan diri semacam itu, Papadopoulus menyarankan orang tua untuk mendorong anaknya bermain mainan tradisional di luar ruang, seperti tak jongkok, engklek, petak umpet, galasin.
Di dalam permainan itu sendiri terdapat tiga unsur, yaitu : aturan main, cara bermain, dan tujuan bermain. Aturan main, dibuat dan disepakati oleh sekelompok bermain yang hendak memainkan permainan tersebut. Aturan main yang dibuat mengekspresikan norma yang ada dalam kehidupan membentuk sebuah kepatuhan. Dalam menjalankan sebuah permainan itu sendiri ada cara bermain yang membedakan jenis permainan satu dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai cara tersendiri dalam memainkannya, baik dengan cara yang mematuhi aturan atau dengan cara yang menyalahi aturan. Mematuhi aturan permainan, menggambarkan sebuah kehidupan ideal yang normal. Ini berarti, mereka yang bermain curang akan terkena sanksi. Tujuan dari adanya permainan selain untuk mengisi waktu luang adalah untuk mengembangkan peradaban dalam arti “cara hidup berbudaya”. Permainan dilakukan oleh seorang atau sejumlah anak untuk mengisi waktu luang, menghilangkan rasa jenuh, dapat dikatakan sebagai hiburan. Selain untuk hiburan, permainan juga dapat meningkatkan kecerdasan anak. Mengembangkan budaya di sini berarti melestarikan dan menggunakan kreativitas dalam  bermain untuk melatih kecerdasan anak.
Permainan  mempunyai fungsi sosial, karena setiap permainan berkaitan dengan interaksi antarteman. Pada permainan tradisional, dapat kita lihat pada tata cara permainan yang memerlukan banyak orang dan kerja sama. Dalam permainan gobag sodor, misalnya untuk melakukan permainan ini harus ada kelompok yang kompak, dan tidak dapat dilakukan dengan jumlah pemain yang kurang dari ketentuan. Hal ini dapat kita lihat dalam keseharian orang Jawa pada umumnya, tolong-menolong dan membantu sesama. Misalnya ada satu keluarga yang sedang mempunyai hajat, tak dapat dipungkiri, tetangga pastilah membantu dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Permainan tradisional kini sudah jarang ditemukan di era modernisasi. Anak-anak lebih tertarik untuk bermain dengan permainan modern atau melalukan hal lainnya yang dirasasnya lebih bermanfaat. Seperti uraian yang telah dipaparkan di atas, permainan tradisional berpengaruh pada fisik dan kepribadian seseorang. Manfaat permainan tradisional dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang. Sayangnya tidak semua anak dan tidak semua permainan memiliki manfaat yang sama terhadap pelaku permainan tersebut. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melihat permainan tradisional sebagai pengaruh kepribadian dan kesehatan bagi pelakunya. Objek kajian ini melihat pelaku permainan dalam koteks orang-orang yang pernah bermain pada masa lampau dan perubahan serta manfaat permainan tradisional bagi mereka. Khususnya dalam permainan tradisional engklek, petak umpet, dan congklak. Ketiga permainan tersebut dipilih oleh penulis karena permainan yang tidak asing di kalangan masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah. Ketiga permainan tersebut memiliki cara bermain yang hampir sama di setiap daerah.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan kepribadian dari Erik H. Erikson  dan teori tentang fisik dari Karl Gross. Perkembangan menurut Erik H. Erikson berlangsung melalui delapan tahap. Tahap tersebut bukan merupakan tahapan kronologis yang ketat. Erikson berpeapat bahwa setiap anak memiliki jadwal dan waktunya tersendiri. Erikson membagi delapan tahapan tersebut berdasarkan kualitas dasar dan ego pada setiap tahapnya.
Tahapan tersebut, pertama adalah tingkat infansi (oral sensory) yakni tahap pada tahun pertama yang mengembangkan tingkat kepercayaan diri tanpa menghapus rasa curiga. Tahap kedua, anal muscular tahap pada masa awal anak delapan bulan sampai empat tahun. Tugas pada tahapan ini adalah untuk mengajari anak berkesplore dengan mandiri. Anak berlajar berjalan, bereksporasi, dan memanipulasi lingkungan. Anak diajari untuk mengatasi rasa malu dan ragu pada dirinya. Tahap ketiga adalah tahap umur bermain, pada usia tiga sampai enam tahun. Anak belajar berinisiatif (positif terhadap tantangan dunia, bertanggung jawab dengan hal yang baru dan merasa bermanfaat. Tahap keempat adalah latensi, usia anak-anak sekolah enam sampai dua belas tahun. Anak mengendalikan imajinasinya dan mengabadikan diri mereka kepada pendidikan dan mempelajari keterampilan sosial yang dituntut oleh masyarakat. Tahap kelima adalah masa remaja, dimulai dengan pubertas dan berakhir pada usia dua puluh tahunan. Pada masa ini anak mencari identitas diri dan menghindari kebingungan. Ketika seorang remaja mengalami kebingingan, Erikson mengatakan orang tersebut sedang menderita krisis identitas. Tahap keenam, individu berada tahap dewasa muda antara umur 18-30 tahun. Tahap yang dikenal dengan tahap keterasingan, tahap kecenderungan mengisolasi diri dari cinta, pertemanan dari pertemanan dan komunitas. Individu akan mengenal benci dan cinta pada individu lain dan juga pada komunitas. Tahap ketujuh adalah tahap masa dewasa madya. Rentan usia pada dua puluh hingga lima puluh tahun, merupakan suatu tahapan kritis dimana manusia bertanya terhadap hal-hal yang mereka lakukan adalah untuk apa dan memiliki manfaat apa. Pada usia tua, mereka akan menengok kembali ke masa ketika sedag muda terkait apa yang dilakukannya. Jika individu berhasil pada tahapan ini, maka inidividu akan memiliki kemapuan untuk peduli pada orang yang akan membantu melewati masa hidupnya. Tahap kedelapan adalah tahap masa dewasa akhir.
Erikson memberikan sesuatu yang baru melalui teorinya, dalam mempelajari perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada zaman modern. Teorinya banyak digunakan terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia. Bagi Erikson dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi anatara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Secara khusus, tahapan kehidupan seseorang dari lahir dibentuk melalui pengaruh-pengaruh sosial dan interaksi dengan suatu organisme yang akhirnya menjadi matang secara fisik dan psikologis. Erikson mengemukakan faktor yang mempengaruhi kepribadian berbeda dengan yang dikemuakakan Freud. Meskipun Freud menyatakan kepribadian dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal. Erikson mengatakan potensi yang dimiliki oleh individu adalah ego yang muncul bersama kelahiran dan harus ditegakan dalam lingkungan budaya.
Karl Gross (seorang filsafat) mengatakan bahwa, anak bermain untuk mempertahankan kehidupannya. Awalnya kegiatan bermain tidak memiliki tujuan namun kemudian memiliki tujuan dan sangat berguna untuk memperoleh dan melatih keterampilan tertentu. Fungsinya sangat penting bagi mereka pada saat dewasa kelak. Gross mencontohkan bayi yang menggerak-gerakan tangan. Jari, kaki, dan berceloteh merupakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk mengembangkan fungsi motorik dan bahasa agar dapat digunakan di masa mendatang.
Permainan yang dipilih pada penelitian ini adalah permainan engklek, petak umpet, dan congklak. Ketiga permainan tersebut dipilih karena merupakan permainan yang dikenal oleh banyak orang dan setiap daerah memiliki cara bermain yang hampir sama, terutama di daerah Jawa. Baik dari peraturan atau cara bermain yang dilakukan oleh si pemain. Berikut merupakan cara bermain permaian engklek, petak umpet, dan congklak.
Permainan ini memimilik banyak nama di berbagai daerah, antara lain engklek/dengklekan/sundamanda/ingkling/lempeng/dampu/jlong jling, dan sebagainya. Menurut Wikipedia, nama permainan ini berasal dari nama zondag-maandag yang beraal dari Belanda yang menyebar ke nusantara pada zaman kolonial, meski dugaan tersebut merupakan dugaan sementara. Dimainkan oleh anak-anak, dua sampai lima orang peserta, dominan yang melakukan permainan ini adalah perempuan.
Engklek merupakan permainan tradisional yang dilakukan dengan menggunakan media tanah dan gaco (biasanya terbuat dari pecahan genting atau keramik yang bentuknya pipih, sehingga dapat dilempar dan menempel ditanah dengan baik) sebagai media bermainnya. Permainan diawali dengan menggambar denah (kotak-kotak) yang disusun berdasarkan kesepakatan. Denah permainan engklek terdapat empat jenis. Perbedaannya terletak pada macam kotak yang disajikan dan cara bermainnya. Perbedaan dari denah yang ada membuat nama permainan engklek bervariasi, yakni engklek pesawat, engklek gunung, engklek kiritan (baling-baling), dan engkel tahu. Meskipun begitu, permainan ini tetap dikatakan sebagai permainan engklek karena menggunakan kekuatan kaki dan memerlukan denah dan gaco untuk memainkanya yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiiri pada setiap permainan engkek tersebut. Ketika menentukan jenis permainan engkek apa yang akan dimainkan, anak-anak yang bermain sebelumnya telah memiliki kesepakatan dan menentukan peraturan dalam permainan.
Cara melakukan permainan engklek pada umumnya diawai dengan hom pim pa untuk menentukan siapa yang berhak bermain terlebih dahulu. Sebelum mulai permainan, gaco dilemparkan ke kotak pertama, jika satu putaran telah usai dan pemain masih belum gugur, maka gaco dilempar ke kotak kedua, dan seterusnya. Pemain harus melalui kotak-kotak pada denah yang dibuat. Menggunakan satu kaki, maju ke kotak berikutnya juga menggunakan satu kaki dengan cara melompat (satu kaki). Jika menemukan kotak yang berjejer kanan kiri, maka satu kaki di kanan dan satu kaki berada di kiri. Setelah satu permainan usai, dalam artian pemain sudah melempar gaco hingga permainan pada putaran terakhir. Permain berdiri membelakangi denah dan melemparkan gaco ke belakang untuk mendapatkan sawah. Jika gaco yang dilempar tepat berada di kotak, maka kotak tersebut menjadi sawahnya. Sedangkan jika meleset atau jatuh di atas garis, maka gagal mendapatkan sawah. Kepemilikan sawah ini ditandai oleh pemilinya berbeda-beda untuk memebedakan kepemilikan sawah tersebut. Ada yang meandainya dengan bintanng, bentuk arsiran atau huruf x besar. Keuntungan dengan memperoleh sawah adalah bagi si pemilik sawah meletakkan kedua kakinya ketika melewati tempat tersebut. Sedangkan untuk lawannya tidak boleh melewati (lompat). Permainan diakhiri dengan semua kotak telah menjadi sawah. Permainan dimenangkan oleh anak yang memiliki sawah paling banyak.


Berdasarkan pada keterangan yang telah disebutkan, keempat denah di atas merupakan variasi dari permainan engklek. Persamaan dari permainan ini adalah melatih keseimbangan kaki, strategi, kemampuan fisik untuk melangkah dan kelincahan tubuh agar dapat melangkah pada denah yang memiliki tahapan yang lebih sulit lagi anntinya. Namun permainan engklek pada denah d (tahu), lebih menampilkan pada keseimbangan kaki dan kelincahan kaki dalam memindahkan gaco dari satu kotak ke kotak yang lainnya.
Permainan petak umpet merupakan permainan sembunyi. Satu orang berjaga (menjadi setan) dan yang lain bersembunyi. Permainan ini membutuhkan strategi dan kecepatan berlari. Strategi digunakan oleh pemain untuk mencari tempat sembunyi yang sekiranya aman dari setan dan dapat membobol daerah setan dengan menyentuh sambil berkata “piglong” untuk menandakan anak yang menjadi setan kalah dan berjaga mulai dari awal lagi. Sedangan strategi yang digunakan setan adalah mencari tempat persembunyian sambil menjaga daerahnya agar tidak menjadi setan kembali. Kekuatan fisik (berlari) digunakan apabila setan telah menemukan satu anak yang bersembunyi dan keduanya berlari menuju daerah jaga setan, hal ini bertujuan agar setan menang atau kalah, siapa yang trcepat menyentuh daerah jaga setanlah yang menang. Permainan ini umumnya dilakukan di luar ruangan, biasanya di halaman atau kebun yang luas dan banyak tempat untuk bersembunyi. 
Permainan congklak/dakon/lumbungan merupakan permainan ringan yang menggunakan alat untuk memainakan permainannya. Awalnya dakon dimainkan dengan alat berupa kerikil atau batu-batu kecil. Media lainnya adalah tanah atau teras rumah yang sudah berkeramik. Dahulu belum ada rumah yang memiliki teras, sehingga pada awal mulanya alat yang digunakan pada permainan ini adalah batu kecil/kerikil dan denah sebagai tempat penyimpanan batu atau dalam jawa dikatakan sebagai lumbung.
Akhir permainan diakhiri dengan habisnya kerikil yang ada di kotak dan yang paling banyak menabung kerikil yang menjadi pemenangnya. Permainan dakon membutuhkan strategi untuk memenangkan permainan dan memperoleh kerikil yang lebih banyak dari lawannya. Permainan dakon di keraton dilakukan oleh putri keraton bertujuan untuk melatih kesabaran dan keterampilan tangan. Karena permainan ini menggunakan punggung tangan, sehingga dalam mengambil kerikil dan meletakkan satu-persatu kerikilnya, memerlukan kesabaran dan tangan yang lincah.
Tiga permainan tersebut memiliki fungsi bagi pemainnya. Meskipun permainan tradisional saat ini sudah jarang ditemui di masyarakat, namun permainan tradisional dapat mempengaruhi kehidupan manusia dalam bersosialisasi dengan masyarakat dan kondisi fisik pemain ketika melakukan permainan tersebut. Persepsi permainan tradisional di masyarakat saat ini dirindukan kembali oleh orang-orang yang dulu sering melakukan permainan tersebut. Sayangnya permainan itu sudah bergeser dengan modernitas yang telah berubah menjadi gedjet. Permainan dapat ditemukan pada anak-anak TK ketika bermain bersama, meskipun yang dilakukan memiliki perbedaan dalam cara dan aturan permainan. Selain di TK dapat pula ditemui ketika ada pembekalan karakter yang dilakukan oleh beberapa kelompok untuk mengetahui karakter dan melatih kerjasama antar anggota. Permainan juga banyak dilakukan oleh psikolog ketika melakukan praktek dalam membantu perusahaan lain dalam wawancara dengan calon pegawainya.
Permainan tradisional rata-rata banyak dilakukan pada era tahun pra1990-an hingga sebelum tahun 2000-an. Manfaat dari bermain di lapangan masih dirasakan oleh pelakunya hingga saat ini. Baik ketika bersosialisasi atau pada kondisi tubuh yang di rasakan oleh pemain. Bentuk sosialisasi secara tidak langsung dibentuk melalui permainan tradisional. Tiga permainan yang telah disebutkan diatas, mengatakan bahwa permainan dilakukan secara berkelompok atau ketika bermain memerlukan lawan main, tidak dapat dilakukan sendiri (individu). Perlunya lawan dalam bermain secara tidak langsung akan mengajarkan sosialsisai dengan orang lain. Dari cara mengajak orang lain bermain, kejujuran saat bermain, hingga pemecahan masalah ketika terjadi konflik ketika permainan berlangsung.
Menurut Erikson, anak memiliki tahapan tersendiri dan setiap individu berbeda dalam menghadapi tahapan tersebut. Salah satu dari tahap perkembangan anak adalah tahap bermain. Dimana anak mengeksplore dirinya pada sebuah permainan. Anak meniru dan mencontoh orang dewasa berperilaku seperti apa. Sikap mecontoh dan berperilaku tersebut merupakan cerminan kecil anak pada sebuah minat dan bakat. Begitu pula ketika anak memiliki minat pada permainan tertentu. Permainan yang lebih membutuhkan tenaga atau lebih membutuhkan taktik, secara tidak langsung kepribadian anak akan terbentuk. Mulai dari bermain, menempuh pendidikan formal, dan tahapan menuju dewasa selanjutnya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lain ketika dalam proses pertumbuhan dewasa. Hal tersebut juga akan mempengaruhi proses sosial.
Kepribadian seseorang juga nampak dari kreatifitasnya yang merupakan dampak dari permainan tradisional. Kreativitas dalam bermain ketika memainkan strategi dan trik, akan melatih otak berfikir dan secara tidak langsung akan menjadikan pelakunya kreatif. Beberapa orang mengaku yang dahulunya suka bermain menggunakan trik, seperti dakon, engklek, dan petak umpet mempengaruhi kreativitas mereka. Baik kreatif dalam hal kerajinan tangan atau menulis dan melakukan penelitian. Ide kreatif yang dimulai dari kecil pada saat bermain. Sosialisasi dalam bermain mengajarkan anak untuk mudah bergaul dan berteman. Lima dari enam orang mengaku suka berorganisasi dan bergabung dalam komunitas. Percaya diri dapat dibangun dari bermain, diajarkan untuk tidak takut salah sedari kecil akan mengakibatkan ketika besar suka dengan hal-hal yang baru.
Proses sosial yang dibentuk dalam permainan akan mempengaruhi pula proses sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana sikap terbentuk dan bagaimana cara menanggapi orang lain ketika sedang terjadi konflik. Hal ini dapat dirasakan oleh ibu rumah tangga, ketika melakukan urusan rumah yang dikatakan selalu sama setiap harinya dan mengurus anak yang masih kecil yang memiliki banyak permintaan. Sikap enjoy yang dirasakan oleh ibu rumah tangga ketika melakukan tugasnya, dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah bermain. Tidak hanya pengalaman bermain yang dilakukan ketika masih kecil, namun permainan sederhana seperti congklak dan permainan tradisional sederhana lainnya sering dimainkan pula saat ini dengan anak-anaknya. Bermain antara ibu dengan anak dapat menambah kedekatan si anak dan ibu akan lebih memahami anak, sehingga ketika anaknya rewel ibu dapat dengan mudah mengatasi masalah dengan cara yang lembut. Umumnya bermain diakukan ketika waktu senggang, siang hari dan setelah melakukan aktivitas berat (seperti sekolah atau mengerjakan kegiatan rumah yang dikatakan memosankan dan jenuh).
Gross mengatakan tentang perkembangan anak terkait fisik dan fungsi motoriknya. Salah satu cara dalam mengembangkan fungi tersebut adalah dengan bermain. Dikatakan pula sebagai olahraga ringan karena bergerak dan mengeluarkan keringat, namun tidak disadari oleh pelaku karena asyik melakukannya. Beberapa orang mengaku tentang kondisi fisiknya ketika masih bermain dan ketika sudah tidak bermain lagi. Olahraga sederhana yang secara tidak langsung dilakukan dapat membentuk tubuh dan menyegarkan tubuh. Berkeringat menandakan ciri tubuh yang bugar dan segar. Aktivias bekerja di daerah perkotaan yang penuh dengan polusi menjadikan kondisi badan kurang fit, sehingga perlunya olahraga ringan seperti bermain untuk memulihkan pikiran kembali. Beberapa orang mengaku kekurangan waktu walau hanya sekedar untuk berolahraga ringan, bahkan ketika hendak bermain bersama dengan teman lainnya kurang ada waktu berkumpul dengan teman walau sekedar hanya bermain. Seiring dengan kesibukan masing-masing semakin jarang waktu luang untuk berkumpul. Beberapa orang menyiasati waktu bermain saat kecil dengan cara piknik atau naik gunung. Selain digunakan untuk menjernihkan pikiran akibat kesibukan dan udara di perkotaan yang kotor, naik gunung juga dapat mengakrabkan kawan lama yang sudah lama tidak berjumpa. Baik naik gunung atau piknik, sama-sama memiliki tujuan menjernihkan pikiran dari kesibukan. Secara tidak langsung, akan melatih tubuh untuk bergerak dan dengan tidak sadar telah melakukan olahraga ringan.
 Berdasarkan informasi yang telah ada dan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat dilihat manfaat bermain dapat dilihat dalam segi kesehatan, psikologi, dan sikap seseorang. Permainan tradisional mempengaruhi cara pola asuh ibu terhadap pembentukan karakter anak; mempengaruhi cara bersosialisasi dengan lingkungannya; dapat melatih kesabaran, taktik, dan pemikiran seseorang; dapat mempererat hubungan antar manusia; menumbuhkan sikap kreativitas dan rasa ingin tahu yang tinggi; mempengaruhi kesehatan, kekuatan, dan daya tahan tubuh; melatih kemandirian; meningkatkan rasa percaya diri.
NB : maaf, denah tidak dapat saya post kan karena sedang terjadi masalah dengan blogs saya. nuhun.. ^^v semoga bermanfaat dan jangan lupa sertakan di daftar pustaka yaaa.



2 komentar:

  1. Hahaha, than I can relate this one to http://yakalee.com/faedah-permainan-kids-zaman-past/

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku sudah baca di laman Yakalee bang....
      serasa nemu teman dari desa yang pengen dolanan lagi. hahahaa

      tambahan bang, buat yang paragraf terakhir... mengenai jago diplomasi. Aku kurang tahu sih, di Jawa Barat ada apa enggak. Tapi dulu pas aku kecil, ada mainan yang namanya "permisi tuan"
      disana mereka juga seolah-olah main peran dan menyusun cerita secara singkat dan diperagakan dengan gerakan layaknya pantomim. nah diplomasi yang aku bilang ini, aku melihatnya dari seorang anak yang sedang berjaga dan disuruh untuk menebak, ceita apa yang sebenarnya ia gambarkan. kalau dia nggak pinter ngomong, gimana jadinya nanti si anak ini akan terbebas dari hukumannya.. hahhaa

      lalu yang membidik, aku jadi teringat sama mainan dari bambu yang disodok2, pelurunya pakai kertas yang dibasahin. hahahaa
      mainan anak laki2 yang iseng dan dominan mereka nakal. wkwkwk

      terima kasih artikel dari Yakalee nya bang :D

      Hapus