dari Kampus Biru ke Kampus Kuning
Assalamu’alaikum,
Hai
kawan-kawan dan adik-adik semuanya, kali ini saya akan bercerita tentang
perjalanan saya menuju antopologi di UI (Universitas Indonesia) yang sebelumnya
saya menempuh pendidikan S1 di Sastra Indonesia Undip, mengambil peminatan
Filologi.
Alasan
saya menulis artikel ini karena banyak adik-adik yang menanyakan berbagai hal,
antara lain :
1.
alasan saya masuk UI ?
2.
kenapa mengambil antropologi? dan tidak lanjut pada Filologi saja?
3.
kenapa memilih UI?
4.
prospeknya gimana?
5.
cara masuk UI gimana sii?
dan
masih banyak pertanyaan lainnya yang akan saya uraikan pada artikel ini.
sebelumnya,
saya ucapkan terima kasih pada adik-adik yang bertanya demikian pada saya,
mengenai perjalanan ngesot saya menempuh pendidikan antropologi di UI ini.
terima kasih atas kepercayaannya menanyakan dan cerita pada saya tentang itu
semua :D
mari
kita saling mendoakan, agar kita bisa sama-sama sukses dan meraih mimpi dan
cita kita masing-masing ya.. amiin.
1. Alasan
memilih jurusan Antropologi di UI
Banyak
sekali adik-adik yang menanyakan kenapa kok mlilih antopologi dan meninggalkan
filologi?
Sebenarnya
awal kali saya mau melanjutkan sekolah ke gelar magister ini dilema, antara
tetap pada filologi atau memilih antropologi (pindah ke lain hati). Ketika
bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing saya (Prof. Dr. Mudjahirin Thohir,
M.A.) saya sering diceritakan mengenai antropologi dan skripsi saya, walaupun
berkutit tentang naskah kuno, berbasa Jawa dan bertuliskan latin (kala itu)
saya dibimbing untuk memakai folklore juga dalam penelitian itu.
Pertama
kali mengenal folklore adalah di bangku kuliah S1 dengan bu Ken dan dilanjutkan
dengan Prof Mudja sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut. Entah ada virus
apa, saya semakin tertarik dan ingin terjun ke lapangan untuk megamati fenomena
kebudayaan yang ada di masyarakat.
a. Ketika
kuliah Pengantar Penelitian Kebudayaan, saya mengambil tugas mengenai mitoni,
saya lakukan sekuat dan sepenuh hati menjadi seorang peneliti, meski dalam
perjalanan penelitian ada yang berkata “liat aja di internet kan banyak kaya
gitu” hahhaa… mari kita beri senyum kecil saja karena orang itu bukan peneliti
(#eh). Berikut saya lampirkan tugas kecil saya (ada di blog ini juga, tentang mitoni. Maaf jika banyak
kekurangan ya :D ) untuk kawan-kawa silakan dapat membaca tugas saya lihat di http://windisusetyothamrin.blogspot.co.id/2014/07/mitoni-tradisi-mitoni-di-desa-bojong.html
semoga memberikan ide dan semangat adik-adik dalam berkuliah di Undip,
khususnya anak Sastra Indonesia. Itu penelitian kecil saya, mohon maaf jika
banyak kekurangan ya.. karena penelitian dan terjun ke lapangan hanya tiga hari
saja. Perkuliahan ini saya mengambil dosen pengampu, Prof Mudja.
b. Kuliah
Sastra Lisan, perkuliahan ini saya sangat sedih dan tidak perlu diebatkan lagi
tentang kesedihan itu apa. Intinya disini saya sedih. Namun penelitian saya
juga lakukan dengan sepenuh hati dan terjun ke lapangan langsung, untuk
menikmati rasanya observasi dan wawancara. Kali ini, saya mengambil penelitian
terkait “asal usul desa Kedung Benda” di Purbalingga. Mohon maaf, untuk artikel
ini belum saya share karena belum sempat dan saat ini laptop S1 saya masih
belum dapat nyala kembali (sedih…) Insyaallah jika diberi kesempatan, saya akan
share mengenai penelitian itu. Alhamdulillah walau sedih, nilainya masih bagus
dan terselamatkan.
c.
Kuliah Kebudayaan Pesisiran, perkuliahan
ini lagi-lagi saya mengambil dosen pengampu Prof. Mudja (hihi… kan boleh
milih). Pada kali ini pun, saya melakukan penelitian tapi kurang imers karena
fenomena tentang kebudayaan yang ada di daerah pesisir tidak dapat. Saya meneliti
tentang tradisi “Kupatan”, di Kudus. Mohon maaf juga, artikel ini belum saya
terbitkan di blog.
d. Kuliah
Kebudayaan Populer, kali ini pun saya memilih kelas yang diampu oleh Prof.
Mudja (heheheee). Banyak sekali cerita tentang kebudayaan populer dan disangkut
pautkan dengan antropologi. Disitulah saya semakin tertarik dan pensaran “apasih
apasih….?” Tugasnya, saya kok lupa ya. Intinya belum saya terbitkan di blog
saya.
e.
Kuliah pegkajian foklore, tentu saja ini
adalah awal kali saya bertemu dengan Prof.Mudja… tentang bagaimana folklore dan
aa sih ituuuuuu…. Hal ini sungguh menarik hari dan menajikan penasaran lebih. Di
buku yang Prof. Mudja tulis tentang penelitian folklore beberapa diaitkan
dengan antropologi dan ini sangat menarik bagi saya. Sementara untuk tugasnya,
saya lupa meneliti apa, ketika bu Ken cerita tentang “ande-ande lumut”
sementara ketika uas, saya menulis tentang…. Mohon maaf… saya lupaa… insyaallah
jika laptop sudah benar akan saya posting di blog saya.
f.
Kuliah Metode Penelitian Filologi,
hmmm ini sungguh menarik karena berkutat
dengan naskah kuno. Awalnya ingin meneliti tentang suku Baduy (kebiasaan mereka
dengan alamnya) tapi, pihak jurusan kala itu mewajibkan untuk memilih naskah. Alhasil
naskah “dolanan lare-lare” yang saya pilih, beberapa metode dan pendekatan yang
saya gunakan kadang gonta-ganti yang pada akhirnya pun pilihan jatuh pada
foklore dan semiotika. Silakan untuk adik-adik dan kawan-kawan bisa lihat
skripsi saya di perpus Undip, mohon maaf jika skripsinya banyak typo ya ^^ dan
saya juga merasamasih ada yang kurang. Oh ya, perjalanan sidangnya.. ini entah
apa. Hehehe… aya diuji oleh pak Agus Maladi Irianto (bidang kajian Antropologi)
dan bu Ken (filologi), dan tentunya Prof. Mudja sendiri,.. meski sebagai
pembimbing, beliau juga menguji saya kok. Hehe.. alhamdulillah lancar
sidangnya. Meski banyak yang beredar kalau
Pak Agus kalau nguji itu nakutin, tapi bagi saya tidak kok :D :D karena
Pak Agus tidak menanyakan apapun kala itu… padahal wajah sudah pucat basi dan
darah turun ke kaki semua rasanya. Udah deg-degan banget ketika pak Agus akan
memberikan pertanyaan :D
g. Penelitian
dan penelitian. Beruntungnya saya ketika dekat dengan Alvidhiansyah Putra
Anugerah (sosok lelaki yang banyak disebein dan ngaku ganteng, tapi bagiku
enggak). Alvi sering memiliki ide tentang penelitian dan penelitian, awalnya
sih hanya demi uang kami melakukan penelitian, tapi lama-lama asyik juga. Salah
satu penelitian kami yang tembus ke PKM dan dapat uang, diampu oleh Prof. Mudja
(hihihi..). Selama dengan Alvi, kami sering bareng (pure sahabat dan kami
saling membenci satu sama lain. Kecuali kalau ada masalah kerjaan bareng dan
organisasi pun bareng) entah angin dari mana kenapa Alvi memilih saya untuk
menjdi partner penelitian dari semua ide –idenya itu. Secara tidak langsung,
saya jadi semakin tertarik meneliti dan meneliti dan terjun ke lapangan kan…. Beberapa
karya tulis yang pernah kami ikuti ialah 1) Teater Bangjo, maaf judul
lengkapnya saya lupa. Alhamdulillah juara 2 #cieeedapetduithaha.
(penelitian ini Cuma berdua tok) 2) tentang
pengguasaan bahasa Jawa Krama, ambil subjek mahasiswa di FKM kala itu, maaf
lagi judulnya lupaaa. Penelitian ini, alhamdulillah dapat duit juga #hehee.
(berempat, dibantu dengan 2 orang kawan, Nisa dan Winda karena memang harus 4
orang) 3) tentang kesenian di Sragen, silakan lihat di blog saya tapi hanya
sebagai rangkuman saja. Sementara untuk laporan lengkapnya saya tidak poskan
disini, kawan-kawan bisa lihat di dikti #hehe, karena ini adalah PKM (ya demi
duit awalnya). Berikut ringkasan tentang penelitian saya bersama dengan Nisa
dan Winda (berempat), silakan baca ringkasannya di http://windisusetyothamrin.blogspot.co.id/2014/07/kelompok-kesenian-sedap-malam-sragen.html
Nah,
dari pemaparan yang saya jelaskan berkenaan dengan bukti dan pengalaman yang
saya jalani, ketertarikan dengan antropologi semakin cinta dan penasaran kan? Apalagi
ketika bimbingan penelitian diampu oleh Prof. Mudja. Semakin kesini semakin
pengen penasaran dan ketularan deh. Jadi kalau saya jawan “karena Prof. Mudja”
nggak salah kan, jawaban saya :D
Masalah
masuk UI atau Universitas lain saya kira ini adalah rezeki dan peruntungan saya
masuk ke Universitas mana. Kala itu proses pendaftaran menuju S2 saya adalah :
a. UI
dan UGM buka pendafaran di jalur ganjil. Setalah pengumuman, saya tidak lolos,
baik di UI atau UGM.
b. UI
buka pendaftaran di jalur genap, kebetulan sekali FIB tidak dibuka. Kala itu,
masih galau antara filologi atau antropologi. Disini saya merasa Allah
membimbing saya untuk memilih antropologi karena FIB tidak buka.
c.
Saat yang bersamaan dengan kejadian di b,
UGM tidak buka. Nah disini saya merasa Allah juga memberikan saya jalan di UI.
d. Alhasil
dari semua itu, saya mengikuti arus dan masuk Antropologi UI.
Nah,
sudah jelaskan mengenai bab yang saya ceritakan ini? J
2. Cara
masuk UI
Banyak
yang tanya, saya mandiri atau beasiswa. Alhamdulillah, orang tua saya masih
mampu membiayai kuliah saya untuk lanjut di gelar S2 ini dan saya memilih untuk
biaya mandiri.
Kenapa
tidak beasiswa? Alasan saya simpel, saya kira masih banyak kawan-kawan yang ingin
meneruskan studi dan terkendala dengan uang. Bukannya saya kepedean dengan saya
akan dapat beasiswa, tapi saya pikir tidak perlu karena saya merasa masih
banyak yang membutuhkan beasiswa daripada saya. Biarlah, jika itu dikatakan
rejeki saya (andai saya dapat beasiswa) biarlah diambil oleh orang yang lebih
berhak atas itu. J simpel kan?
Ikut
jalur apa?
Disini saya ikut jalur Simak (Saringan Masuk). Jadi disini, kala itu testnya
bahasa Inggris (toefl) dan TPA saja. Seperti ketika masuk S1, bedanya tidak ada
tes seperti IPS dan IPA. Hanya TPA dan TOEFL.. (paham?) untuk TOEFLnya hanya structure
dan reading (alhamdulillah tanpa listening).
TOEFLnya
berapa mbak? Dulu TOEFL pas di SEU berapa? Saya akui kemampuan TOEFL saya sangat
kurang dan aduuuhhhhh astagfirullaaaah…… entah kebetulan atau apa, ketika
syarat kelulusan di Undip saya sekali langsung lolos dan ketika di UI pun saya
tidak tahu berapa skor TOEFL saya… tahu-tahu ya saya sudah lolos UI, gitu aja. Kenapa
kok saya bisa lolos? Ini juga sebuah rejeki dan anugerah dari Allah…
(alhamdulillah). Saking pengennya kuliah dan memperbaiki TOEFL saya kemudian
belajar TOEFL di pare, saya ambil kursus di OXFORD dan disana diberikan trik
TOEFL, meski nilai saya kecil ketika tes di Pare, tapi pas di UI lolos kok…
(alhamdulillah pokoknyaa) kawan-kawan yang penasaran triknya, silakan lihat di blog
saya dan untuk lebih jelasnya, silakan kawan-kawan belajar di Pare.. nama
lembaga kursusnya OXFORD (ciee promosi haha), berikut adalah 23 trik TOEFL yang
saya dapatkan di OXFORD http://windisusetyothamrin.blogspot.co.id/2016/08/23-trik-toefl.html
Ada
syarat apa saja sih, buat masuk UI? Karena saya tidak bisa memprediksikan dan
menjamin yang akan datang persyaratan masuk S2 UI sama terus, silakan
kawan-kawan dapat melihatnya dan update sendiri di http://penerimaan.ui.ac.id/id ya.. pasti jelas, ada biaya kuliah, lengkap J
Testnya
ambil dimana mbak, caranya gimana? Disitu kan yo ada pilihannya, mau di kota apa. Kalau
saya sih, pilih yang dekat dengan keberadaan saya dimana kala itu. Ketika ada
pilihan di Jogja, saya ambil tes di Jogja.. disana ada saudara juga dan ketika
tes di UI saya menginap di rumah Ipul, dianter sama Mirza (#eh) kalau punya
jaringan banyak kan enak, mau singgah kemana-mana ada yang menampung, hihii…
kalau misalnya tidak ada kenalan atau saudara ditempat kita test tersebut, bisa
kok nginep atau dilaju dari rumah. Kalau saran saya si nginep saja, biar besoknya
seger dan tidak terburu-buru ketika tes. Hehehe. Penginapan banyak dan mencari
pengnapan sekarang sudah mudah, dengan aplikasi apapun ada. Saran saya, ambil
tempat menginap yang dekat dengan lokasi kita test dan pastikan H-1 sebelum
test, kita sudah tahu dimaa ruangan dan bangku kita. Kalau telat kaaan…..
huhuhuhuu.
Nah,
dari pernyataan diatas sudah paham kan? Tentang cerita saya cara masuk UI yang saya tempuh.
3. Perkuliahan
di UI
Menanyakan
perbedaan kuliah di UI dan S2 itu seprti apa?
Saya
tidak akan cerita banyak dan saya hanya mengungkapkan dari segi pandangan saya
saja, sesuai dengan judul artikel ini (kalau ada yang beda pendapat ya monggo,
saya tidak melarang) dan segi pandangan saya khususnya.
Kuliah
di UI beda dengan di Undip, apalagi tingkatannya beda. Pastinya tingkat
kesulitan lebih tinggi. Ketika di kampus Undip S1, membaca adalah sunah sementara
disini, saat ini, membaca adalah wajib ‘ain. Kalau tidak membaca apa yang
terjadi? Ya akan tertinggal dan merasa paling bodoh… karena kita dituntut untuk
aktif berpendapat dan berfikir, bukan didulang lagi seperti anak SMA atau S1 kala
itu. Tentu dong, ada bedanya ^^ yang pasti kuliahnya menarik dan membuat saya
senang belajar. Sementara untuk bahan bacaannya, tidak usah khawatir harus
mencri kemana, seprti kita dulu mencari sampai ke stadion ya? Disini sudah ada
bagian tersendiri yang menyiapkan bahan bacaan untuk kuliah kita. Ada yang dari
buku, pdf, artikel dan sebgainya. Perpusnya insyallah selalu ada untuk kita. Petugas
perpusnya ramah dan siap membantu kita mencari bahan kok, baik di perpus pusat
atau perpus antropologi.
Saya
kira cukup ya, silakan adik-adik yang penasaran dan lebih penasaran lagi, untuk
menikmati gelombang perkuliahan di antropologi UI. Iklim yang beda sikap kita
pun harus beda.
4. Prospek
kerja Antropologi
Masalah
kerjaan ya? Hmmmm saya kira ini hanyalah soal rejeki ya. Memang, banyak
pertanyaan mengenai prospek dan kekhawatiran lainnya jika tidak bekerja, itu
pasti ada dan tidak dapat dihindari. Kalau saya, insyaallah mau menjadi dosen
di Undip (semoga itu rejeki saya… amiin.)
Kalau
kita sudah cinta dengan antropologi, tidak menuntut untuk menjadi apa kan? Karena
kita lebih mudah mengerjakan apa yang kita cintai daripada mencintai apa yang
kita kerjakan.. betul? Hehe…
Silakan
cek disini untuk prospek kerja http://www.kampuscenter.com/prospek-kerja-jurusan-antropologi-budaya/
dan masih banyak artikel lainnya yang menulis tentang prospek kerja… ikuti alur
saja, mengalir dengan indah dan nyaman… hal ini akan terasa segar dan damai..
5. Kehidupan
di kampus dan kost
Di
kampus dan di kost ya? Hmmm
Fasilitas
kampus alhamdulillah lengkap.. ada bis kuning, ada PKM (klinik makara), kantin,
WIFi, sepeda, dan sebagainya.
Ketika
saya sakit, saya biasanya ke PKM.. untuk pendaftarannya cukup bawa KTM dan foto
3X4 atau seadanya, untuk mendapatkan kartu dan mengisi formulir (disini akan
diketahui an dicatat tentang kesehatan kita, setiap kali kita periksa ke
klinik). Selanjutnya ketika mau berobat cukup bawa kartu tersebut saja.. Gratis…..
tidak bayar… pendaftarannya pun gratis. Kecuali ada tambahan, seperti cek darah
dan sebagainya. Selain klinik umum ada pula klinik gigi.
Wifi
ada disekitar kampus UI, sebagai mahasiswa UI kita diberi id dan pasword untuk
masuk ke sso.ui.ac.id untuk login dan masuk ke
wifi UI. Bisa akses jurnal, skripsi, tesis, disertasi, pokoknya lengkap…
Nah,
yang terakhir kost dan biaya hidup.
Pastinya
lebih mahal dibandingkan dengan di Semarang ya :D
Uang
jajan saya naik 2 kali lipat dibanding ketika di Semarang. Tapi kalau
kawan-kawan mau ngirit bisa kok.. caranya, cari kost yang ada dapurnya dan kita
bisa masak sendiri. Paling irit saya pernah masak, beli bahan dan bumbu mentah
seharga 20.000 bisa untuk 3 hari. Hehehe.. lumayan kan? J
Yang
perlu dicatat jika mau hemat adalah bedakan antara apa yang kita inginkan
(sekedar pengen doang) dengan apa yang kita butuhkan (sangat butuh tanpa
terkecuali). Lebih baik gunakan uang untuk membeli buku dibandingkan dengan
belanja yang tidak perlu kan? J J J
Saya
sendiri, alamdulillah…
Uang
kost 700rb/bulan (fasilitas wifi, kamar mandi dalam, air minum, kulkas, mesin
cuci, dan dapur), biaya hidup sudah termasuk buku, makan, kebutuhan lain dan
sebagainya, sekitar 2jtan… itu pun saya masih bisa nabung.
Kerja
nggak mbak? Ketika diawal saya pure kuliah dan ketika seester dua saya ikut
jualan, ya jualan online yang mudah saja… cari uang tambahan buat modal
jalan-jalan atau masa depan. Hehe… yang paling laris adalah jualan olahan tuna,
saya dapat dari mas Taufiq (sasing 2008). Jualan apapun deh.. yang penting
halal…. Dan memudahkan kita untuk tetap kuliah. Yang pasti kalau sambil kerja,
saya tidak mau kerja yang membebani perkuliahan saya.
Nah… saya
kira cukup sekian ya teman-teman, berbagi sedikit tentang certa saya dari
Kampus Biru (undip) ke kampus Kuning (UI). Perjalanan ngesot ini saya masih
kuat dan pasti kuat, saat ini ketika tulisan ini dibuat, saya sedang menulis
proposal thesis. Terima kasih untuk kepercayaan adik-adik yang mau curhat
kepada saya. Saya tidak tahu ada beberapa orang yang membicarakan saya diluar
sana, khususnya di Undip. Tapi apapun itu, saya ucapkan terima kasih atas
perhatian adik-adik dan kawan-kawan semua.
silakan jika ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut, bisa hubungi saya via FB atau WA. fb saya "Windi Susetyo Ningrum" untuk no WA yang belakangnya 5557 yap :)
#nb: silakan kalau mau beli dagangan saya ya.. hehehee....
Wassalam…
-WSN-